Saat ku tanya apakah dia mengajukan beasiswa atau tidak jawabnya
"tidak"
"kenapa? bukannya IPmu tinggi?" tanyaku
"Tempatnya jauh, lagian prosesnya ribet, mesti urus ini urus itu, terus nggak pasti masuk juga" kilahnya
"oh..."
memang sih untuk menerima beasiswa rada ribet, banyak yang mesti diurus, belum lagi tempatnya lumayan jauh, tapi memang begitu kan prosedurnya. Gak ada yang mudah dalam mendapatkan sesuatu, juga kadang kegagalan sering menghampiri pada percobaan pertama.
Atmosfir pesimis percakapan di atas mengatakan gagal sebelum mencoba.
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar