Laskar pemburu layang layang
Berlari di antara keramaian lalu lalang kendaraan
Kepalanya mendongkak
Menatap tajam si layang layang putus buruannya
Larinya kencang tak terbendung
Tak dipedulikannya kanan kirinya
Bersaing dengan pemburu layang layang lainnya adalah motivasinya
Ah, dua ribu rupiah harga sebuah layang rupanya sebanding dengan kakinya yang bisa saja tertusuk paku saat mengejar layang layang
atau terjerembab
tak dipedulikannya omelan orang orang yang rumahnya dia panjat saat si layang layang putus jatuh dengan manisnya di atap rumah
ah, laskar pemburu layang layang
pastikan saat kau besar nanti
kejar mimpimu seperti kau mengejar layang layang
mata yang berkilat kilat
Semangat yang membara
turut serta dalam menggapai mimpimu
ah, laskar pemburu layang layang
Pastikan kau mengejar mimpimu
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar