Kurasa aku
semakin jauh darimu, semakin merasa asing dan sungkan. Tampaknya tak hanya aku
yang merasakannya, kau juga, meski kita adalah saudara. Dibandingkan intensitas
pertemuanku denganmu, dengan teman malah jauh lebih banyak. Aku merasa malu dan
tak nyaman karena ini. Maaf karena mengacuhkanmu dan jarang menanyakan kabarmu,
sebagai adikmu aku terlalu sering mengingat burukmu saja tanpa mengingat betapa
banyak hal yang telah kau lakukan untukku. Tidak ada yang bisa menggantikan
ikatan darah dan status saudara kita, maaf untuk sikap acuhku, semoga kau dan
keluargamu selalu sehat dan kesulitan yang sedang merundungmu segera berlalu,
amin…
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar