Pulang dari
Berangas dengan keadaan basah kuyup, kedinginan dan kemalaman. Salahku juga sih
pulangnya terlalu sore, seandainya lebih awal mungkin gak bakal keujanan.
Sampai rumah aku menggigil, meski sudah memakai jas hujan tapi di beberapa
bagian masih basah, terang saja hujannya deras, saking derasnya jarak pandangku
hanya sekitar 20 meteran saja. Hal itu sempat membuatku was-was, sendirian naik
motor di tengah hujan deras, serta jalan yang banjir bisa saja membuatku jatuh.
Sebenarnya bisa saja aku berteduh di emperan rumah dan toko di pinggir jalan,
namun takutnya malah tambah kemalaman dan lagian aku sendirian. Malamnya,
badanku panas dan cape luar biasa, wajahku juga semerah kepiting rebus :D. Alhamdulillah
besoknya gak sakit, semangat ilinn J.
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar