Kali kedua ke gunung Mamake, masih takjub dengan pemandangan dari ketinggian.
Pertama kali ke sana saat ilalangnya baru tumbuh, pendek-pendek. Yang sekarang tinggi, bahkan ada yang sampai setinggiku😄.
Tidak secape saat pertama kali naik dulu, mungkin karena sudah tahu medan. Meski rada cape, namun semua terbayar dengan pemandangan pegunungan dan laut dari kejauhan. Ah, cantik sekali.
Berhubung sore sekali sampainya sehingga anginnya sangat kencang dan dingin, jaket yang kukenakan tak begitu bisa menghalau dingin yang menyergap.
Sayang, kami tidak begitu lama di sana, sekitar sejamlah. Rencananya mau melihat sunset, tapi salah satu teman mengajak pulang karena takut kemalaman, pasti cantik sekali memandang sunset sari ketingginan, tapi ya sudah, mungkin lain kali😊.
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar