Kemarin malam bertemu dengan seorang bapak paruh baya di sebuah rumah makan. Dia mencari anak dan teman teman si anak yang merayakan ultah salah satu dari mereka. Dia datang dengan tergopoh gopoh. Saat dia datang acara tersebut sudah selesai. Dia menanyakan pada pemilik rumah makan tentang acara ultah tersebut, apakah ada yang acara mabuk mabukan atau tidak, karena saat teman teman anak tersebut menjemput anaknya ke rumah, dia melihat salah satu dari mereka terlihat mabuk. Si pemilik rumah makan mengatakan tidak ada yang mabuk karena di tempatnya memang tidak memperbolehkan hal hal seperti itu.
Di lengan kanan bapak tersebut tampak tergores dan berdarah, katanya dia terjatuh dari motor saat dalam perjalanan menyusul anaknya ke rumah makan tersebut. Mungkin dia khawatir bila anaknya ikut ikutan teman temannya mabuk, tapi dia tak mengkwatirkan dirinya sendiri. Tak lama, dia keluar dari rumah makan tersebut sembari melempar senyum, ku balas dengam senyum dan anggukan kepala.
Hei kamu yang tak ku tahu namamu, kau beruntung memiliki ayah sepertinya. Jika kau anggap dia mencarimu karena tak mempercayaimu, bisa kah kau anggap itu sebuah kekhawatiran seorang ayah?
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar