Three lions. Begitulah nama yang diberikan oleh guru bahasa inggrisku kepada kami betiga, aku, Unah dan Riah saat kami bersekolah di SMAN 1 PLT. Mungkin karena saat itu karena kami sering bertiga, baik itu mengerjakan tugas, kumpul, ke kantin, berorganisasi dan lainnya. Selain berteman kami juga ada hubungan keluarga satu sama lain yaitu sepupu, sehingga mungkin itulah yang menjadi faktor kami bertiga menjadi akrab. Setelah lulus dari SMA kami bertiga berpencar. Aku di Kotabaru, Unah di Banjarmasin dan Riah di Tanah Bumbu. Riah sudah berkeluarga, Dia sambil kuliah dan bekerja. Unah masih tingkat akhir di UNLAM dan aku juga semester akhir di STKIP PB Kotabaru. Jika Three lions diterjemahkan berarti tiga singa kan? Tapi kami dari mana garangnya ya? Haha... Ah, entah apa pun namanya, kami tetaplah sahabat dan keluarga.
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar