Di umur
hampir sepertiga abad ini, untuk pertama kalinya saya ke dokter gigi. Sakit gigi
yang membuat air mata menetes pelan dari sudut mata, memantapkan hati saya
untuk segera ke dokter gigi meski dompet juga ikut menangis hehehe. Saya lupa
kapan terakhir kali sakit gigi, mungkin sekitar 15 tahun yang lalu. Ketika teman kos saya pada
sakit gigi, saya dengan sombongnya mengatakan kalau saya sudah lama tidak sakit
gigi, beberapa waktu kemudian, eh saya juga.
Ini buah
keteledoran saya, beberapa waktu yang lalu saya makan coklat delfi 150 gram
sendirian selama seminggu. Ini rekor terbanyak coklat yang saya makan dalam waktu
yang berdekatan, biasanya saya hanya makan sedikit karna suka enek kalo
kebanyakan, tapi karna sayang kalo gak dimakan, jadilah saya habiskan. Awalnya kakak
saya memberikannya ke mama, karna mama suka coklat, ternyata coklat yang mama
suka hanya jenis bengbeng yang ada wafernya, bukan coklat full, jadilah saya
yang memakannya. Salaaaahnya saya, saya sering lupa sikat gigi sehabis makan
tuh coklat malam-malam. Tak lama, gigi saya mulai terasa ngilu ketika
berkumur-kumur, makin ke sini makin sakit kalo saya makan, dan sampe bikin
nangis sangking sedih dan menderitanya gigi saya. Ini mungkin adalah puncak,
dari dulu-dulu saya juga tidak telalu perhatian dengan gigi saya.
Saya sudah
ancang-ancang menyiapkan biaya dan mental kalau-kalau harus dicabut atau tambal,
saya pikir akan selesai dalam satu kali kunjungan, ternyata saya salah
sodara-sodara. Gigi saya mesti PSA atau perawatan saluran akar gigi. PSA sendiri merupakan jenis perawatan untuk
memperbaiki gigi yang rusak parah atau infeksi agar tetap dapat di pertahankan
di rongga mulut. Saya yang baru pertama kali ke dokter gigi meski sudah ada
browsing mengenai opsi tentang kondisi gigi saya, agak ngeblank juga setelah
dijabarkan panjang lebar oleh dokter gigi tersebut. Saya harus melakukan PSA
dan menimal 4 kali kunjungan sebelum ditambal dengan biaya yang tidak sedikit. Sebenarnya
tidak harus, itu adalah opsi dan kembali lagi saya maunya dicabut atau PSA
saja. Beliau menjabarkan kalau dicabut, takutnya gigi yang lain akan bergeser dan
gigi yang dicabut tadi juga akan sangat terlihat kalau saya tersenyum atau
tertawa. Gigi yang dicabut tentu tidak akan tumbuh lagi dan mempengaruhi proses
mengunyah, mana satu geraham bawah saya juga tinggal akarnya saja.
Saya memutuskan untuk kunjungan pertama hanya di bor dan
dimatikan syaraf giginya dulu sambal berpikir atau ingin dicabut atau PSA. Sampai
rumah, diskusi dengan kaka dan teman saya yang pernah periksa di dokter yang
sama, maka saya putuskan untuk PSA saja. Saya agak puyeng juga memikirkan biaya
yang akan saya keluarkan, tapi ini demi makan enak, hehehe.
Penyesalan selalu di akhir nya, saya menyesal kurang
merawat gigi saya, dan setelah saya liat lagi, ternyata gigi saya yang
bemasalah tidak hanya satu saja, ini menambah listnya, hiks.
Komentar
Posting Komentar