Sudah paling benar untuk tidak berharap pada manusia, kemungkinan dikecewakannya besar. Jadi saya putuskan untuk sekedarnya saja. Pengharapan saya yang berlebih tadi membuat saya merasa diacuhkan dan tidak dihargai. Ah, pagi yang melelahkan dengan harapan yang sia-sia ini, setidaknya… saya belajar, sebenarnya sudah sering belajar tentang ini, hanya saja saya cukup bebal, menjunjung effort yang akan berbalas.
Kadang terpikir, saya yang telalu naif, atau orang tesebut yang tidak peka? Tidak peka untuk melihat yang saya lakukan ,tidak peduli effort yang saya lakukan. Saya merasa kecil. Saya mencoba untuk tidak peduli, namun sisi naif saya cendrung songong. Sekian curhatan hari ini, dari orang yang suka ngedumel, tapi ya dikerjakan juga, tapi kecewa, tapi ya sudahlah, tapi yaaa…. naif.
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar