Kas melengos
“Lagi lagi mengeluh ,tak bosan Ran?”
Aku terdiam dan membiarkan kas pergi dari kantin tempat kami
makan.
Aku masih belum beranjak, es miloku tak tersentuh. Aku masih
menahan tangis, berharap Kas kembali dan mendengarkanku, namun juga telanjur
enggan.
“Tahukah kau kas? Mungkin ini memang mengeluh, mungkin ini
adalah cerita sama yang kuceritakan tempo kemarin tentang hal-hal dalam hidupku
yang membuatku marah dan stress, dan kau
mengganggapku berlebihan.
Kas, aku bercerita padamu karena aku percaya padamu, karena
kau temanku. Kas, kau tau, aku hanya ingin didengar, ingin mengeluarkan isi
kepalaku yang hampir meledak ini, cukup dengarkan saja Kas, aku tak minta
solusi, karena aku tau hanya aku yang bisa menyelesaikan masalah dalam hidupku,
tapi kau membandingkan masalahku dengan masalah orang lain.
Kas, ini tidak sama, masalahku mungkin mirip dengan orang
lain tapi yang menjalani adalah aku, aku bukan mereka, membandingkan masalahku
dengan orang lain sama sekali tidak membantu, kau membuatku merasa bertambah buruk.
Aku hanya ingin didengar kas, keluhan-keluhan ini, hanya ingin didengar. Ingin melegakan sedikit ruang dalam otak dan
hatiku dengan cara bercerita dan menangis. Mungkin tidak menyelesaikan masalah,
namun perasaan lega itu cukup membantu dalam menghadapi masalah, bukan?
Tapi aku tak menahanmu untuk pergi, hanya
berharap kelak kau mengerti saat di posisiku. Seorang teman dengan
masalah-masalah dalam hidupnya, sama dengan kau atau orang di sekelilingmu dengan
masalah-masalah mereka. Seorang teman yang ingin didengar, luangkan waktu
barang sebentar, tak perlu terbebani dengan nasihat-nasihat atau saran,
dengarkan saja, itu lebih dari cukup".
Sekelumit cerita tentang Kas dan Maran, aku lupa sudah pernah
menjelaskan belum ya tentang dua orang ini? Mereka adalah tokoh rekaanku,
dengan latar dan sudut pandang… ah lain kali kuceritakan. Aku hanya sedang ingin
menulis sebatas ini, itu saja.
Komentar
Posting Komentar