Kadang aku heran dengan orang orang yang sering mengindahkan traffic light. Ada apa sih dengan mereka? Tidak sayang dengan nyawa? Berapa sih nyawamu jika bergantung keberuntungan jika pada saat itu tidak ada kendaraan yang melintas sehingga terbebas kau dari tabrakan? Atau kau buru-buru? Banyak kerjaan yang harus diselesaikan? Hei semua orang juga punya urusan yang butuh disegerakan tapi tindakanmu itu membahayakan dirimu dan juga orang lain. Tidak bisa bersabar sedikit? Paling lama juga di sini traffic lightnya 1 menit. Ini bukan soal tidak menghargai waktu menit, ini soal taat hukum, ada aturan yang harus kita taati saat berkendara di jalan, dan aturan itu dibuat untuk kepentingan bersama. Tidak cukup kah bukti yang terpampang di tv dan koran tentang kecelakaan akibat menerobos lampu merah atau kau harus menyaksikannya sendiri di depan matamu dulu baru taat aturan?
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar