Setelah lama mencari akhirnya aku menemukan semangat.
" semangat, kau dari mana saja? Aku mencarimu tau? Gerutuku, namun semangat hanya diam tak menanggapi pertanyaanku.
" kau tau, aku sedih karena kehilanganmu, tolong jangan menghilang lagi, pliss!"rengekku, semangat tersenyum mendengar kata-kataku.
"Aku tak kemana-mana" katanya sambil menjawil hidungku.
"Aku akan selalu ada karena kau minta dan Allah mengijinkan"tambahnya.
"Benarkah?"tanyaku memastikan dengan mata penuh harap. Semangat mengganggukan kepalanya.
" kalau begitu, tetaplah bersamaku menghadapi hari, ok? Jangan kemana-mana, aku susah jika kau tak ada"rayuku sembari menggenggam tangannya. Semangat menatapku dengan hangat dan itu sudah cukup menenangkanku.
(Tulisan di atas selembar struk bekas).
Kupandangi photonya, kujadikan wallpaper di handphoneku. Kupandangi dengan lekat wajah mungilnya. Aku masih ingat bagaimana mencium dan memeluk tubuhnya untuk yang pertama dan terakhir. Aku masih ingin memeluknya, ingin memperlihatkan rumah baru kami, ingin menyusuinya, ingin mendekapnya di dadaku, ingin menunjukkan cahaya matahari, ingin memperlihatkan pohon-pohon, aku ingin menunjukkan semuanya, tapi sudah tidak bisa. Aku kehilangan, ada yang terasa kosong. Aku tak ingin terlalu larut dalam kesedihan, aku harus ikhlas, waktu mungkin akan menyembuhkan, tapi dadaku terasa sakit setiap memandangi photo-photonya, mendengar bunyi alat-alat yang terpasang di badannya membuatku merasa sakit, bagaimana anakku yang merasakannya langsung. Andai waktu bisa diulang, andai... Aku ingin memperbaiki semuanya, supaya anakku tidak terlahir prematur, supaya dia lahir dengan sehat, supaya dia bisa kubawa pulang langsung ketika lahir layaknya ibu-ibu yang lain. Supaya aku bisa pulang mengengd...
Komentar
Posting Komentar